Sering galau dan merasa bersalah saat ninggalin anak di rumah?
Sering ditangisin si kecil saat mau berangkat ngantor trus diam2 Anda juga menangis dalam hati karena ga tega tetap harus pergi?
(Gaya bacanya kayak iklan2 obat pelangsing di tv shopping gt ya :p)
Nggak, ini bukan postingan penggalauan.
Ini hanyalah tindak lanjut dari seringnya aku dicurhatin (eks) teman sekantor dulu. Dia pengen resign juga kayak aku (huaahahahaha) tapi masih bimbang takut ini itu.. biasalah kan mau keluar dari (yg sepertinya) comfort zone.
Jadi begini, kalau pengen resign, biasanya tantangan yg harus dihadapi adalah beberapa hal dibawah ini. Eh tapi ini cuma hasil pengamatan dari orang sekitar dipadukan dengan pengalaman pribadiku ya, jadi ga selalu semua working mom yg resign akan senasib dengan ini juga sih.
Jadi yaa, kira2 secara umum bolehlah dibaca utk jaga2 sapa tau senasib kan.. :p
1. Cashflow menyempit.
Pasti lah, tadinya 2 pintu, sekarang 1 pintu. Untuk mengantisipasinya, sebelum resign, coba dihitung sedetil2nya berapa total seluruh cicilan dan kewajiban bulanan, termasuk rata2 tagihan credit card, listrik, air, belanja beras, air galon, pempes si kecil, dll. Coba rinci sedetil2nya, lalu jumlahkan, dan bandingkan dengan single income yg akan didapat nantinya. Apakah masih cukup?
Kalau cukup dan masih sisa sedikit, alhamdulillah, berarti kamu hanya perlu sedikit berlatih HEMAT dan MENGENDALIKAN KEINGINAN. Nanti akan dibahas di poin selanjutnya.
Kalau ga cukup, coba cek lagi, apakah ada pos yg bisa dihemat atau dipangkas. Coba pastikan hak2 apa yg akan didapat setelah resign (misalnya duit jamsostek, dana pensiun, dll), biasanya jumlahnya lumayan dan bisa digunakan untuk melunasi sebagian hutang sehingga beban angsuran bulanan bisa lebih ringan.
Bila perlu, kamu bisa menjual beberapa barang yg tidak terlalu terpakai di situs2 penjualan barang bekas, untuk menambah likuiditas di masa2 transisi.
Bila perusahaan suami menerapkan kebijakan penyesuaian (kenaikan) gaji setiap tahun, maka hal ini juga dapat kamu perhitungkan dari sekarang untuk lebih menambah keyakinan bahwa cashflow kalian nantinya akan membaik, insyaAllah.
Apalagi bila seiring berjalannya waktu, kamu bisa kembali mendapatkan penghasilan dengan berbisnis dari rumah atau hal semacamnya.
2. Minder
Setelah jadi emak2 rumahan, kadang ada perasaan minder saat bertemu kawan2 yg masih berkarir. Penyebabnya bisa karena penampilan tidak sekinclong dan tidak se-fashionable dulu, wawasan tidak seluas dulu (terutama kalau masih newbi dan punya bayi / balita, sebagian besar waktu akan habis utk belajar tentang ilmu parenting dan tumbuh kembang anak, bahkan me time dan dandan time pun hilang musnah), atau perasaan bahwa "mereka punya karir dan aku nggak".
Well, sebenarnya aku bisa aja kasih tips yg sering bangeeeettttt ada di artikel2 itu, semacam: usahakan tetap me time, tetap update penampilan, tetap merawat tubuh, tetap membaca berbagai media utk update info, and so o and so on..
Itu semua bullshit (menurutku).
Coba aja rawat seorang bayi sendirian. Tanpa asisten.
Sebagai ibu baru, sangat wajar kalau kita gampang PANIK, gampang khawatir, sehingga kita merasa HARUS terus2an mengawasi dan mengamati bayi kita, agar jangan sampai terjadi hal2 yg tidak kita inginkan di luar pengamatan kita. Dan kita pasti merasa WAJIB untuk tahu segala ilmu tentang tumbuh kembang anak kita, secara fisik maupun mental. Dan semakin kita tahu ilmunya, kita semakin merasa "kayaknya aku masih banyak salahnya deh".
Maka, tanpa sadar 24 jam perhari akan habis untuk itu semua.
Belum lagi urusan teknis seperti cucian menggunung, masak, cuci piring, dll yang harus dikerjakan sendiri (kerjasama dengan suami).
Ga ada waktu untuk me time.
Ga ada waktu untuk shopping.
Ga ada waktu untuk dandan.
Ga ada waktu untuk baca majalah infobank.
Terutama kalau barusan lahiran..sampai kira2 usia si bayi 6-12 bulan lah. Atau bahkan lebih untuk beberapa jenis ibu tertentu.
Bisa jadi ada ibu2 newbi yg ga segitunya sih, mungkin mereka termasuk tipe yg lebih santai, aku ga tau juga sih, tapi rata2 working mom yg sampai bela2in resign demi anaknya, setauku rata2 ya kayak yg aku sebutin di atas.
Dan apa yg harus dilakukan untuk antisipasi?
Untuk urusan teknis pekerjaan rumah tangga, bisa berbagi tugas dengan suami.
Untuk yang selain itu.. Ga ada tips. Nikmati aja semuanya. Toh ga akan selamanya seperti ini kan. Yang penting hanya MENJAGA HATI, berpikir positif, dan selalu bersyukur.
Syukuri aja kita ga perlu mbrebes mili tiap pagi gara2 harus ngantor ninggalin si kecil.
Syukuri aja kita bisa terus2an di dekat dia, memeluk dia, ngajak dia ngobrol, dll.
Itu semua priceless dan tidak tergantikan dengan gaji berapapun dan penampilan sekece apapun.
3. Cibiran orang dan komplain ortu.
Yang cibiran orang, cuekin aja.
Yang komplain ortu, nah ini ni..
Kadang kita merasa bersalah karena beberapa ortu komplain "tiwas dibelani sekolah mahal2, taunya kamu ngga kerja nduk, taunya kamu cuma momong anak".
Ini perlu pendekatan khusus, tergantung tipe hubungan kalian selama ini sih, ada yg serius, ada yg santai, sesuaikan sendiri lah.
Yang jelas, SEBELUM RESIGN, lakukan diskusi2 dan tukar pikiran secara intensif dengan beliau2.
Sampaikan apa yg menjadi pertimbangan utama pengunduran diri ini, misalnya kalian pengen dapat pahala momong anak, atau kalian takut anak diapa2in sama babysitter, atau kalian ga mau merepotkan orang tua lagi di usia senjanya, atau kalian takut ga bisa jawab kalo nanti dimintai pertanggung jawaban sama Allah perihal amanah berupa anak, atau kalian ga betah sama lingkungan kerja yg luar biasa korup dan tidak profesional ;) (uhuk), dll.
Kalau beliau2 akhirnya bisa memahami ya syukur.. tapi kalo ngga bisa, ya gpp, tetap perlakukan mereka dengan baik, hibur mereka agar tidak sedih, dan DOAKAN supaya Allah membuka pintu hati mereka.
Yang jelas JANGAN RESIGN SEBELUM NGOBROL sama mereka dulu.
4. Harus tahan keinginan.
Ini terkait dengan poin 1, pastikan kalian TIDAK SEMBARANGAN memenuhi KEINGINAN, walaupun sedang ada KELONGGARAN CASHFLOW yang bersifat SEMENTARA (misalnya habis dapat bonus, duit thr, duit cuti, rapelan, dll).
Fokuskan pada pelunasan (seluruhnya atau sebagian) hutang.
Umumnya orang sekarang punya hutang kan ya, misalnya KPR, kredit motor atau mobil, dll. Nah itu, kalo lagi ada duit gede, lunasin, syukur kalo bisa seluruhnya. Kalo ga seluruhnya ya sebagian dulu, gpp, setidaknya beban angsuran bulanan bisa berkurang, sehingga cashflow bulanan bisa agak lega.
Gimana kalau GA PUNYA HUTANG?
Mungkin ada arisan atau yg semacamnya? Atau bayar SPP sekolah anak? LUNASI DI AWAL. Jadi nanti2 udah ga kepikiran lagi untuk bayar2 semua itu, cshflow jadi agak longgar :D
Intinya, kalau ada duit lebih, gunakan untuk mengurangi kewajiban bulanan dengan cara membayarnya di muka.
5. Ga bisa sedekah banyak ke ortu atau saudara.
Nah ini, suka bikin galau juga.
Tapi gpp, tenang aja. Sebisa mungkin pos jatah bulanan ortu jangan dihapus. Dikurangi sampe cuma sisa dikit banget, boleh. Tapi jangan dihapus. Ortu sih ngerti2 aja, tapi kita sebagai anak pasti nyesek sendiri kalo ga bisa ngasih ortu kan..
Dan kalau ada kenaikan gaji, alokasikan sebagian (atau seluruhnya) untuk menaikkan juga jatah bulanan pada ortu atau saudara yg membutuhkan.
Hmm sepertinya baru ini yg teringat.. sementara ini dulu ya..
Kalo ada tambahan mungkin akan dilanjut di postingan yang lain. Kalau ingat dan sempat :D
Yang jelas, apapun tantangannya, hadapi dengan TENANG, tetap kompak sama suami, tetap berpikir POSITIF, dan jangan lupa untuk selalu BERDOA agar Allah mudahkan segala langkah kebaikan kalian.
Dan nanti, setelah masa krisis lewat (maksudnya setelah si kecil udah mulai bisa disambi), bisa mulai pertimbangkan berbisnis dari rumah, kayak aku gini :p (uhuk). Yang gampang2 aja, cuma modal smartphone pun bisa, kan sekarang lagi musim tuh sistem marketer, dropship, dan sejenisnya.
Yang penting tekun, amanah, jujur, insyaAllah bisa jadi jalan rejeki tambahan untuk keluarga kalian :)
Ok byebye semoga bermanfaat ;)